Purple Bobblehead Bunny

Selasa, 09 Juli 2013

TEMPAT WISATA KOREA

TEMPAT WISATA KOREA PART 1

ANAPJI 

Anapji atau Kolam Anap adalah kolam buatan di Taman Nasional Gyeongju, Korea Selatan. Kolam ini merupakan bagian dari kompleks kerajaan Silla. Bentuk kolam ini oval dengan ukuran 200 meter dari timur ke barat dan 180 meter dari utara ke selatan. Terdapat 3 pulau kecil di kolam buatan ini.[1] Berdasarkan catatan sejarah Samguk Sagi, Anapji dibuat pada masa pemerintahan Raja Munmu dan dibangun di area Benteng Wolseung.[2] Proyek penggalian pernah dilakukan di kolam ini pada tahun 1974 dan ditemukan ketiga pulau kecil yang terletak di kolam tersebut.[2]


Lokasi Taman Nasional Gyeongju
Koordinat 35°50′4,63″LU 129°13′37,61″BTKoordinat: 35°50′4,63″LU 129°13′37,61″BT
Jenis danau kolam buatan
Terletak di negara Korea Selatan
Pulau 3


 

 

BYEONGSAN SEOWON

Byeongsan Seowon adalah seowon yang terletak di Kampung Byeongsan, Kecamatan Pungcheon, Kabupaten Andong di Propinsi Gyeongsang Utara, Korea Selatan.[1][2] Arsitektur bangunannya merupakan situs bersejarah yang dilindungi nomor 206.[1]

Awal mula seowon ini adalah sekolah biasa yang dibangun pada zaman Dinasti Goryeo saat Raja Gongmin (bertahta 1351-1344) mengungsi ke Andong karena peristiwa Pemberontakan Sorban Merah. Saat itu Raja Gongmin menamakan sekolah itu Pungak Seodang dan ikut membantu menyumbangkan tanah dan buku-buku. Ia sangat terkesan akan semangat para murid seodang yang rajin belajar.[1]
Selanjutnya, pada masa Dinasti Joseon, Pungak Seodang diganti namanya menjadi Pungak Seowon dan dipindahkan ke Kampung Byeongsan yang tenang pada tahun 1572 (tahun ke-5 masa pemerintahan Raja Seonjo) oleh Yu Seong-ryong (Seo-ae). Yu yang berusia 31 tahun pada saat itu, mengubah nama Pungak Seowon menjadi Byeongsan Seowon.[1] Setelah kematiannya, murid-murid seowon tersebut membuatkannya altar pada tahun 1614, tahun ke-6 masa pemerintahan Gwanghaegun dan menamakan kuil tempat altarnya Chondeoksa.[1] Jesa untuk menghormati Yu Seong-ryong secara rutin dilaksanakan pada musim semi dan gugur.

Byeongsan Seowon yang menghadap tenggara ke arah Sungai Nakdong dapat dicapai melalui jalan berliku ke arah Kampung Hahoe. Pada gerbang depan bangunan, terdapat bangunan Pendopo Mandae (Mandaeru).[1] Ruangan kelas dinamakan Ipgyodang dan di sebelah timurnya terdapat Dongjikje, asrama murid yang sejajar dengan bangunan perpustakaan. Di belakang Ipgyodang di sebelah timur pada tanah yang agak tinggi terdapat sebuah gerbang yang di dalamnya terdapat Chondeoksa, kuil tempat altar. Di sebelah barat kuil terdapat bangunan gudang balok kayu, ruangan untuk persiapan jesa, dan bangunan pegawai di sebelah timur. Pendopo Mandae memiliki 7 buah kisi-kisi di bagian depan dan 2 di belakang yang dapat digunakan untuk mengawasi seluruh wilayah sekitar. Di dekat tembok bagian barat pendopo terdapat sebuah bale kambang yang melambangkan Gunung Bangjangseon, salah satu dari 3 gunung keramat dalam kepercayaan Taoisme.[1] Sepasang batu yang berbentuk tiang didirikan di depan Cheondeoksa. Pada masa lalu, api unggun dinyalakan di batu-batu ini untuk menerangi jesa pada malam hari.






CHANGDEOKGUNG HUWON

Changdeokgung Huwon adalah taman belakang (huwon) Istana Changdeok dan merupakan taman utama bergaya Joseon.[1][2] Taman ini memiliki luas 74 are dan terdiri atas bentang alam berbentuk dataran bergelombang dengan 35 buah bangunan besar dan kecil, 7 buah kolam buatan serta hutan lebat dan aliran-aliran mata air.[1]Dari kesemua rancangan ini, hanya 1% saja yang dibuat oleh manusia. Saat tim UNESCO memasukkan Istana Changdeok sebagai Situs Warisan Dunia tahun 1997, mereka menuliskan komentar "an exceptional example for eastern palace architecture and design blending harmoniously with the surrounding landscape" ("sebuah contoh pengecualian arsitektur dan rancangan istana dari timur jauh yang berpadu secara harmonis dengan pemandangan sekelilingnya").
Terdapat beberapa kolam dan pendopo di taman ini yang mencerminkan arsitektur khas Joseon yang meminimalkan konsep tiruan dan memaksimalkan faktor alam.[1] Walau tampak tenang, taman ini berada tak jauh dari pusat kota Seoul.[1] Bangunan utama antara lain Balai Yeonghwadang (Balai Pantulan Bunga), Pendopo Juhamnu (Pendopo Surga), dan Balai Yeongyeongdang yang melengkapi kolam bunga teratai yang berbentuk persegi.[1] Pada zaman Joseon, orang-orang yang berhasil lulus ujian sipil kenegaraan (gwageo) diundang ke taman ini untuk menerima ucapan selamat dari raja.[1]
Juhamnu adalah pendopo yang berfungsi sebagai perpustakaan keluarga kerajaan.[1] Pendopo ini dibangun oleh Raja Jeongjo (1752–1800) yang sangat suka membaca buku dan menuntut ilmu pengetahuan.[1] Di samping pendopo terdapat Seohyanggak (Pendopo Kitab-kitab Harum) yang didesain dengan ventilasi khusus dan pengaturan cahaya agar buku-buku yang disimpan tidak lapuk.[1] Balai Yeongyeongdang adalah komplek bangunan kediaman yang tampak seperti rumah pribadi.[1] Aliran mata air yang mengalir melalui bebatuan di taman ini dinamakan Ongyucheon.[1]



 

CHANGNYEONG

Changnyeong (창녕군) adalah sebuah kabupaten yang terletak di propinsi Gyeongsang Selatan, Korea Selatan.[1] Kabupaten ini memiliki wilayah perlindungan alam liar yang masih alami dan situs-situs kuno bersejarah.[1] Nakdong-gang, sungai terpanjang di Korea Selatan, mengaliri melewati wilayah ini sebelum bermuara ke Selat Korea.[1]

Changnyeong kaya akan peninggalan sejarah, antara lain:
  • Changnyeong Seokbinggo atau Rumah Es Changnyeong adalah jenis gudang di bawah tanah yang digunakan untuk menyimpan batu es.[1] Seokbinggo dibangun pada masa Dinasti Joseon (1392-1910) dan merupakan Harta Nasional Korea Selatan No.310.[1]
  • Cheok-gyeongbi (monumen batu) adalah prasasti yang didirikan oleh Raja Jinheung dari Silla.[1] Monumen ini merupakan harta nasional nomor 33 dan terletak di taman Manokjeong, kota Changnyeong.[1] Cheok-gyeongbi didirikan pada tahun 561 untuk memperingati penaklukkan Silla atas kerajaan Bihwa Gaya.[1]
  • Changnyeong cheok-hwabi adalah salah satu monumen yang didirikan oleh Heungseon Daewongun (ayah Kaisar Gojong) pada tahun 1871 di seluruh negeri sebagai lambang penentangan terhadap imperialisme barat.[1]
  • Changnyeong-gaeksa adalah bangunan penginapan tua yang didirikan sekitar 300 tahun yang lalu.[1] Bangunan yang dibuat tanpa menggunakan paku ini telah beberapa kali dipindahkan dan diperbaiki, namun masih menampilkan arsitektur yang asli.[1]
  • Pagoda tiga tingkat di desa Suljeong. Pagoda ini konon dianggap sama cantiknya dengan Pagoda Seokga di Kuil Bulguk di Gyeongju dan dibangun pada saat yang bersamaan, namun bagian puncaknya tidak lagi tersisa. Julukannya adalah Pagoda Timur.
  • Kompleks Gundukan Makam Gyodong.[4] Situs makam ini merupakan Situs Bersejarah Korea Selatan No.80 yang membentuk gundukan-gundukan bukit kecil yang merupakan peninggalan Kerajaan Bihwa Gaya.[4]
  • Museum Changnyeong adalah museum yang menampilkan 1.012 buah artefak peninggalan Kerajaan Bihwa Gaya.[1]
  • Gwallyongsa atau Kuil Gwallyong adalah kuil yang terletak di kaki Gunung Hwawang.[1] Kuil ini didirkan pada masa kerajaan Silla.[5] Aula utama kuil, Yaksa-jeon beserta patung Buddhanya merupakan harta nasional.[5]

 

CHEONG WA DAE

Cheong Wa Dae (terjemahan: Rumah dengan genting biru) atau sederhananya Rumah Biru, adalah kantor kepresidenan Republik Korea Selatan. Namanya berasal dari genting atap bangunannya yang berwarna biru. Cheong Wa Dae termasuk dari bagian kompleks bangunan yang dibangun dengan bentuk rumah tradisional Korea namun dengan struktur modern.
Saat ini Cheong Wa Dae terbagi atas bangunan kantor utama, yakni tempat kediaman presiden, ruang tamu (Yeongbin-gwan 영빈관, 迎賓館), ruangan konferensi (Chunchugwan 춘추관, 春秋館), dan bangunan sekretariat. Luas dari keseluruhan kompleks adalah 76.685 pyeong (sekitar 250.000 ).

Hangeul 청와대
Hanja
Alih Aksara yang Disempurnakan Cheong(-)wadae
McCune–Reischauer Ch'ŏng'wadae




 

COEX AQUARIUM

Aquàrium Barcelona merupakan sebuah akuarium yang terletak di Seoul, Korea Selatan.




BUKHAN MOUNTAIN

Bukhansan, atau Gunung Bukhan, adalah sebuah gunung yang terletak di sebelah utara kota Seoul, Korea Selatan. Beberapa bagian penting kota Seoul dibatasi oleh Bukhansan, yang merupakan sebuah tempat yang mudah dilihat dari sebagian wilayah di kota ini.
Gunung ini tingginya 836.5 meter di atas permukaan laut. Nama Bukhansan berarti "Gunung Han Utara," merujuk pada letaknya yang berada di sebelah utara sungai Han. Gunung ini juga merupakan tanda batas utara wilayah Seoul di zaman Joseon.
Bukhansan, serta Taman Nasional Bukhansan yang merupakan bagiannya, merupakan daya tarik terkenal wisatawan di daerah Seoul. Gunung ini terkenal sebagai salah satu tujuan yang disukai untuk melihat burung atau untuk melakukan hiking di wilayah metropolitan Seoul.

Saat ini di Korea Selatan sudah ada upaya untuk mengembalikan nama Bukhansan. Selama bertahun-tahun lamanya hingga sekarang, ketiga puncak gunung yang berada di taman ini dinamai "Bukhansan"; padahal, nama asli ketiga puncak tersebut secara keseluruhan adalah Samkaksan, yang berarti "tiga gunung bertanduk" ("gunung tiga tanduk"). Kepala Kantor Distrik Gangbuk-gu di Seoul sudah memimpin petisi ke pemerintah pusat untuk mengganti nama gunung ini sesuai nama aslinya. [1]

Hangeul 북한산
Hanja
Alih Aksara yang Disempurnakan Bukhansan
McCune–Reischauer Puk'ansan


 

 

SEONGJU MOUNTAIN

Seongjusan (성주산) atau Gunung Seongju adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Boryeong, propinsi Chungcheong Selatan, Korea Selatan.[1] Gunung Seongju merupakan puncak dari rangkaian pegunungan Geumbukjeongmaek, selain puncak Oseosan (791 m).[1] Gunung Seongju memiliki tinggi 680 meter dan merupakan objek wisata populer di musim gugur.[1] Kawasan Gunung Seongju dibagi oleh lembah Hwajanggol dan Simwondong yang populer dikunjungi sebagai objek wisata berkemah.[1] Di Gunung Seongju terdapat banyak jalur pendakian yang digunakan oleh para wisatawan untuk menikmati perubahan dedaunan musim gugur, yang biasanya mencapai puncaknya dari awal sampai pertengahan bulan November.[1] Nama Seongju sebenarnya berasal dari nama kuil Buddha yang pernah berdiri di kaki Gunung Seongju.[1] Kuil Seongju (Seongjusa) yang bermakna "kuil dimana banyak biksu suci berkumpul dan tinggal", didirikan pada tahun 847 masa kerajaan Silla Bersatu, namun musnah terbakar pada peristiwa Perang Imjin tahun 1592-1598.[1] Di situs Kuil Seongju terdapat beberapa Harta Nasional Korea Selatan seperti pagoda-pagoda batu bertingkat yang masih tersisa.[1]



 

GWANDONG PALGYEONG

Gwandong Palgyeong (Delapan Pemandangan Indah di Gwandong) adalah istilah yang diberikan untuk beberapa objek wisata di pantai timur Semenanjung Korea.[1]
Sejak masa lampau, orang Korea berwisata ke tempat-tempat yang berpemandangan indah sambil membuat puisi, lagu dan lukisan untuk mengekspresikan perasaan mereka terhadap kecantikan tempat-tempat itu. Ada banyak kawasan di Korea yang dijadikan sebagai "pemandangan indah" (gyeong), beberapa dikategorikan sebagai isipigyeong ("12 pemandangan"), sipgyeong ("10 pemandangan"), palgyeong ("8 pemandangan"), yukgyeong ("6 pemandangan") dan samgyeong ("3 pemandangan").

Gwandong Palgyeong merujuk kepada 8 pemandangan di Gwandong, kawasan yang terletak di sebelah timur Jalur Daegwallyeong.[1] Di ke delapan lokasi ini dibangun pendopo-pendopo untuk melihat pemandangan.[1]
  • Cheongseokjeong di Tongcheon. Awalnya digunakan untuk menyebut pendopo yang didirikan dekat pantai, namun kini merujuk pula pada batu-batu tinggi berbentuk pilar yang berdiri tegak. Cheongseokjeong adalah lokasi pertama yang masuk ke kategori Gwandong Palgyeong.
  • Samilpo adalah sebuah danau di dekat Desa Onjeong, Goseong. Dikelilingi oleh perbukitan berbatu-batu di bagian utara dan selatan. Samil bermakna "Tiga Hari", dinamakan berdasarkan kisah para hwarang pada masa kerajaan Silla yang sempat tinggal di tempat ini selama tiga hari karena terpikat akan pemandangannya.
  • Cheongganjeong di Ganseong adalah sebuah pendopo bertingkat dua yang terletak di sebuah bukit yang di sisinya mengalir Kali Cheonggyeong (Cheonggyeongcheon) yang bermuara ke Laut Timur.[2] Lokasinya 7 km sebelah utara Kota Sokcho. Sejak lama, wisatawan datang ke sini untuk mengagumi pemandangan pantai dan matahari terbit.
  • Uisangdae di Yangyang, pendopo dalam kawasan Kuil Naksan (Naksansa).[3] Pemandangan yang tampak dari Pendopo Uisang adalah laut timur dengan pohon-pohon cemara. Dinamakan dari biksu Silla bernama Uisang yang konon bermeditasi berjam-jam menghadap laut di tempat ini.
  • Gyeongpodae, pendopo yang terletak di atas bukit di sebelah barat Gyeongpoho, sebuah danau tempat pertemuan air laut dan air tawar. Pendopo Gyeongpo terletak 6 km sebelah timur laut kota Gangneung. Sejak lama tempat ini dikunjungi untuk melihat pantai saat matahari terbit dan terbenam sekaligus bulan purnama.
  • Jukseoru di Samcheok adalah satu-satunya pendopo dalam kategori Gwandong Palgyeong yang menghadap ke arah sungai bernama Osipcheon, berbeda dari pendopo di lokasi lain yang menghadap laut.[4] Didirikan pada tahun 1266, lokasinya berada di Seongnae-dong, Kota Samcheok.[4] Namanya bermakna Pendopo di Sebelah Barat Hutan Bambu. Lokasi pendopo ini dikelilingi gunung di tiga sisi, yang terdekat adalah Gunung Bonghwang dan Gunung Galya, sementara di kejauhan ada Gunung Taebaek.
  • Mangyangjeong di Uljin adalah pendopo di sebuah bukit yang di sisinya mengalir Kali Bulyeong (Bulyeongcheon) ke Laut Timur. Di bawah bukit terdapat pantai berpasir putih dengan pohon-pohon cemara.
  • Wolsongjeong di Pyeonghae.[5] Pendopo ini sejak lama telah menarik banyak perhatian para pujangga yang mengagumi kecantikan pantai dan hutan cemara di sekitarnya.[5] Bahkan, pemandangan di daerah ini telah dikagumi sejak zaman Silla.[5] Terdapat sebuah cerita terkenal dimana keempat orang Hwarang pernah mengunjungi tempat ini.[5] Wolsongjeong bermakna "Pendopo Cemara Wol" yang dinamakan berdasarkan legenda bahwa bibit cemara di sini berasal dari Negeri Yue (Wol).[5]

     
    Hangeul 관동팔경
    Hanja 關東八景
    Alih Aksara yang Disempurnakan Gwandong Palgyeong
    McCune–Reischauer Kwantong p'alkyŏng


 

GWANGHWAMUN

Gwanghwamun adalah sebuah gerbang yang terletak di Seoul, Korea Selatan, yang didirikan pada tahun 1395. Gerbang Gwanghwamun berdiri di depan Istana Gyeongbok dan telah mengalami masa panjang berbagai kerusakan dan kehancuran. Di tempat berdirinya inilah diketahui sebagai pusat kota Seoul.

Gwanghwamun dibangun pada tahun 1395 untuk menandai berdirinya Dinasti Joseon. Pada masa Invasi Jepang tahun 1592, gerbang ini mengalami kehancuran parah. Raja Gojong kembali memerintahkan pembangunannya pada tahun 1867 bersamaan dengan pendirian kembali bagian-bagian istana. Gwanghwamun berdiri tegak sampai tahun 1926, ketika pada masa Penjajahan Jepang, gerbang ini dipindahkan ke lokasi yang sekarang di Museum Nasional Rakyat Korea sebagai gerbang Bangunan Pemerintahan Jenderal Jepang yang luas. Setelah kemerdekaan dari Jepang dan Perang Korea, Gwanghwamun mengalami kerusakan parah. Barulah pada tahun 1963 almarhum presiden Park Chung-hee memerintahkan pembangunan dan perbaikan. Papan nama Gwanghwamun dilukis sendiri oleh Park Chung-hee dan berdiri tegak sampai akhir 2006.

Gwanghwamun saat ini sedang mengalami renovasi, yang dimulai pada bulan Desember 2006. Bangunannya dibongkar dan dipindahkan lagi di lokasi aslinya yang berjarak 14,5 meter ke arah selatan, yakni sebagai gerbang utama Istana Gyeongbok. Renoasi ini dilakukan karena renovasi yang dilakukan tahun 1963 dilakukan di depan Bangunan Pemerintahan Jenderal Jepang yang telah dimusnahkan pemerintahan Korea Selatan pada tahun 1996. Tujuan dari renovasi ini adalah untuk menyelesaikan tugas penghapusan jejak-jejak penjajahan Jepang di Korea. Renovasi Gwanghwamun dijadwalkan selesai dibongkar bulan Mei 2007 dan benar-benar selesai dibangun pada tahun 2009 dengan tambahan taman dan plaza bagi masyarakat dan wisatawan.

Hangeul 광화문
Hanja
Alih Aksara yang Disempurnakan Gwanghwamun
McCune–Reischauer Kwanghwamun




 

 

 

 

 

 

# note :
Part 1 udah selesai , untuk Part 2 nyusul aja yaa ...

_happy reading_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar